Saturday, July 19, 2008

Tetapi

Dingin.....
Hati ini dingin memikirkan dirinya

Sejuk....
Hati ini sejuk ketika mendengar namanya

Hangat....
Perasaan ini hangat ketika teringat tatapan matanya

Hidup...
Jiwa ini hidup kembali saat melihat wajahnya

Rindu...
Aku sangat merindukan pagi menyingsing, agar aku bisa kembali bertemu dengannya

Sayang...
Aku sangat mengharapkan kehadirannya agar aku bisa mengatakan aku sayang padanya

Derita...
Aku sangat menderita jika tak berjumpa dengan matahari yang telah menyinari relung hatiku

Bahagia...
Aku sangat bahagia jika dia memang tercipta bukan untuk yang lain...

Tetapi ...
Dia terlahir untukku
~ Copy From Amad ~

Wednesday, July 9, 2008

Doa Ku

Ya Allah
Berikanlah ketenangan hati dan pikiran kepadaku
Berikanlah ketabahan kepadaku
Agar aku dapat menjalani hidup ini dengan penuh ketakwaan kepada Mu

Ya Allah...
Jika kau haruskan aku begini
Inilah yang harus ku jalani
Karena aku tau inilah yang baik darimu

Ya Allah...
Tiadalah dayaku untuk menentangMu
Tiadalah upayaku untuk menolak kehendakMu
Yang telah Engkau putuskan terhadapku

Ya Allah...
Namun bila boleh ku meminta
Berikanlah aku skali lagi kemudahan
Seperti yang selalu Kau berikan kepadaku

Ya Allah Ya Rabb....
Jikalau ada kesempatan kedua untukku
Ijinkanlah aku dan dia memperbaiki
Apa yang telah salah kami jalani

Ya Allah Ya Rabb....
Ku pintakan kepadaMU
Kemurahan dariMu
Untuk mengabulkan doaku

Ya Allah Ya Rabb...
Ijinkanlah kami menjadi baik
Di hadapanMu....

Amiin

Saturday, July 5, 2008

Ku Kafanku Hati Ini....Lagi

Dulu hatiku mati…
Tertutup pintu untuk kekasih
Dan Dia datang mengisi ruang di hati
Membalut Luka hilangkan perih

Dia datang membawa cahaya,
Hingga aku bersinar lagi.
Dia datang membawa warna,
Hingga aku tak pucat lagi.
Dia datang membawa udara,
Hingga aku tak sesak lagi.

Kini dia melengkapi hidupku
Bertahta dia sang penjaga hati
Ku pastikan isi hatiku
Untuk dia rasa di hati

Tapi hati telah berduri
Hingga mudah untuk melukai
Luka lama tertoreh lagi
Hingga kini berdarah lagi

Oh Tuhan……inikah takdir diri ?

Bahagiaku sesaat saja
Sembuhku sementara saja
Lagi-lagi aku terluka
Hingga kini aku berduka

Dan kini dia pun telah pergi
Membawa cinta tinggalkan luka
Memberi perih yang tak terperi

Aku lemah
Aku rapuh
Aku redup
Aku pucat
Dan aku sesak…………

Untuk mu yang telah pergi
Ku kafankan hati ini
Hingga suatu hari nanti
Ku nanti kau untuk kembali

Untuk mu yang telah pergi
Kan kujaga hati ini

~ Dedicated To “E” with love // 04 Jul 2008 ~

LUKA

Kamarku, Maret 2007

Malam ini kucoba tumpahkan perasaanku, mencoba melimpahkan semua ganjalan yang ada dalam hatiku, dalam goresan pena, diatas lemabaran putih ini.

Aku bahagia, terlahir dari seorang wanita berhati mulia. Memiliki Ayah yang berwibawa, memimpin keluarga dengan cinta. Memiliki saudara – saudara yang selalu menyayangiku dalam segala suasana.

Hidupku tidaklah berlebihan, tapi cukuplah untuk bertahan. Aku merasa, tidaklah kurang kebahagiaan ini. Betapa Tuhan merahmati hidupku ini.

Aku bekerja di sebuah perusahaan swasta, dan memiliki prestasi yang lumayan gemilang bagi gadis seusiaku. Aku juga dapat meneruskan pendidikanku ke jenjang yang lebih tinggi, dari hasil jerih payahku sendiri. Oh, betapa banyak kemudahan yang ku dapatkan, tanpa harus melalui kesusahan.

Aku berbahagia……

Semua berjalan normal sebagaimana mestinya. Hingga suatu hari aku “aku mengenalnya” dan itulah awal dari tidak normalnya hidupku. Dia mulai mengisi hari-hariku sebagai sosok seorang “teman baik”. Hari berganti minggu dan minggu berganti bulan. Hampir setahun aku mengenalnya dan kami semakin dekat. Dan merasa diantara kami ada kecocokan – kecocokan yang membuat kami merasa nyaman.

Dan suatu hari, tiba – tiba dia menyatakan isi hatinya. Dia katakan dia menyukaiku dan mulai mencintaiku. Aku seakan tak percaya. Tapi itu nyata. Akhirnya aku menerima cintanya dan mengijinkan dia mengisi hatiku.

Hari-hariku kini semakin berwarna, bahagia penuh cinta. Semakin hari akupun merasa aku semakin mencintainya. Satu waktu kemudian, dia menyatakan keinginannya untuk menyuntingku, memperistriku dan menjadikanku “Ratu di Kerajaan Hatinya”.
Bertambahlah kebahagiaanku, karena anganku memang untuk bersamanya.

Akhirnya kami putuskan untuk bicarakan rencana kami pada keluarga. Kamipun persiapkan segala rencana. Aku mulai perkenalkan dirinya kepada keluargaku. Pada mulanya, keluarga, terutama orang tuaku sangat ragu untuk menerimanya, dan aku mengerti kenapa.

Dia, kekasihku, bukanlah pria muda seusiaku. Dia adalah laki-laki yang sudah “berusia”. Dan dia bukanlah pria Indonesia, tetapi dia laki-laki asing dari negri yang berbeda.

Ketakutan keluargaku cukup beralasan. Karena aku adalah permata mereka, dan tak mungkin mereka mau sesuatu yang buruk menimpaku kelak. Seperti yang semua orang tahu, banyak sekali pernikahan “lintas negara” yang berakhir dalam kehancuran.

Aku berusaha keras untuk meyakinkan meraka, dan pada akhirnya aku berhasil untuk meyakinkan mereka bahwa aku akan baik-baik saja bersamanya. Dan meyakinkan mereka, dia bisa di percaya.

Tibalah waktunya, dia datang ke hadapan orang tua dan keluarga besarku. Meminangku dan meminta ijin untuk memiliki sebagai istrinya. Lamaran pun terselenggara. Kini sebuah cincin melingkar indah di jari manisku. Sebagai pertanda, hatiku sudah di ikat dalam ikrar yang suci.

Dia memintaku menjaga hati, agar tiada resah di hati kami. Aku menurutinya. Aku begitu menjaga hati ini dari semua godaan laki-laki. Dan pada akhirnya hanya dialah di dalam hatiku. Tak terbagi dan tak ingin ku bagi-bagi.

Kamipun mulai merencanakan hidup kami selanjutnya. Pernikahan…. Ya, menikahlah yang kini menjadi rencana kami.

Tapi….Ternyata menuju suati niat suci, tidaklah mudah. Masalah demi masalah mulai kami hadapi. Pertengkaran-pertengkaran yang bermula dari satu masalah kecil dan akhirnya membesar mulai mewarnai. Hampir-hampir tiada hari tanpa pertengkaran. Kami seakan rapuh, seperti batang kayu yang mulai lapuk, mudah terbakar karena tersulut api.

Setahun pun berlalu, dan aku merasa dia semakin jauh dariku. Tak ada lagi dering telpon darinya ataupun bait-bait sms yang dulu setiap hari dan setiap waktu menemaniku.
Hingga suatu hari, aku mendapat telepon darinya, yang membuat aku merasa “dunia ini berhenti berputar”. Dia berkata semua telah berakhir dan tak mungkin untuk di lanjutkan.

Oh Tuhan…. Apakah kekasihku telah pergi?
Ya…. Dia telah pergi, meninggalkan aku dalam kehancuran tanpa pernah tahu apa dan karena apa. Aku…kehilangan kekasihku.

Aku tak berdaya menghadapinya….

Aku kehilangan cahayaku….dan kini aku begitu lemah
Aku kehilangan kekuatanku…dan kini aku begitu lemah
Aku kehilangan nafasku….dan kini aku begitu sesak
Aku kehilangan warnaku…dan kini aku begitu pucat

Dilema, stress dan depresi. Kondisiku menurun drastis, sehingga kesehatanku mulai terganggu. Akupun menjadi pesakitan. Dalam beberapa bulan aku harus bberapa kali ke Rumah Sakit. Hingga akhirnya, aku terkapar tak berdaya. Aku jatuh Sakit. Aku harus berbaring di sebuah kamar putih, dengan jarum dan selang nelilit tubuhku. 2 minggu lamanya aku di rawat di kamar ini dan hampir saja aku merayakan Idul Fitri di Rumah Sakit. Tapi untunglah, sehari sebelum gema Takbir berkumandang, aku di ijinkan untuk kembali ke rumah.

Terima kasih Tuhan, aku masih di beri cahaya olehMu, melalui kasih dan cinta orang tua dan keluargaku, hingga aku mampu bertahan. Walau kini kondisiku begitu menyedihkan, tak ceria, tak bersemangat, dan aku harus kehilangan begitu banyak berat badanku. Namun cinta mereka mampu merawatku dan memulihkan keadaanku walau membutuhkan waktu yang sangat lama.

Kini aku pulih…walau sebenar-benarnya “aku tak bahagia”. Aku mulai menjalani kehidupanku lagi, aku mulai menta hidup baruku tanpanya. Walau ku akui, tak pernah hilang bayangnya dalam hidupku. Entah kenapa aku masih menantinya dan mengharapkan kedatangannya. Aku berpura-pura bahagia di balik duka. Dan aku selalu menangis di dalam tawa. Semu….namun biarlah begitu. Aku berusaha tegar dan kokoh, seperti karang di lautan yang terhempas deburan ombak.

Beberapa waktu kemudian, dia datang lagi, mengusik hati dan pikiranku. Dia datang lagi dalam hidupku. Aku ingin lari…menjauh darinya…Tapi….Aku tak bisa, semakin aku menghindarinya, semakin aku memikirnya. Yah…aku tak mampu membohongi hati dan perasaanku. Karena dia memang masih ada di hatiku.

Dia ingin kembali lagi dengan segudang permohonan maaf dan berjuta penjelasan menghilangnya dia dariku dulu. Oh,….serasa menguak luka lama. Dia Ingin merajut benang-benang kasih yang pernah putus kembali menjadi permadani hati. Ingin memperbaiki keadaan yang pernah rusak sehingga baik kembali.

Sebenarnya, dia sosok laki-laki yang hampir sempurna dimataku. Ingin sekali aku membencinya, dan saait itu, ingin sekali aku mencacinya dan melampiaskan amarahku kepadanya. Tapi aku tak mampu.

Oh Tuhan, aku harus bagaimana?

Orang-orang di sekitarku pasti menghujatku bila aku menerimanya kembali. Mereka pasti akan membodoh-bodohiku karena memaafkannya setelah apa yang dia lakukan terhadapku. Setelah penderitaan panjang yang ku alami karenanya.

Aku berpikir dan berpikir…. Aku harus mengambil suatu keputusan yang sangat tepat dan akan berpengaruh besar dalam hidupku. Yah, suatu keputusan yang sangat sulit.

Tak dapat kubenci dirinya. Karena bagiku, cinta selalu memaafkan. Aku memaafkannya, namun aku tak dapat menerimanya kembali dalam hidupku. Walau sebenar-benarnya aku masih mencintainya.

Oh Tuhan… ini keputusan yang sangat berat bagiku. Tapi aku tahu, ini yang terbaik untuk hidupku kelak. Karena aku percaya, Tuhan akan memberi yang terbaik untukku. Entah kapan, tapi aku yakin, suatu hari nanti…….

--- Sebuah cerita lama yang ingin aku publikasikan sebagai pelajaran ataupun tolak ukur bagi smua yang mebacanya -----

Saturday, June 28, 2008

SAMPAI KAPANKAH


Tak kusangka
Tak pernah kusangka
Mengapa semua jadi begini
Layulah kini bungaku layu
Dan kini tak lagi bersemi
Kusesali berjumpa denganmu
Namun semua telah terjadi
Sanggupkah aku tuk menghadapi
Kenyataan yang pahit ini
Sampai kapankah derita ini
Kan berakhir dari diriku
Belum puaskah
Kau siksa diriku
Belum cukupkah
Pengorbanan dirku

By : Fitri

PATAH JADI DUA

Aku selalu bersabar
Menantikan dirimu…
Karena aku saying padamu
Dengan kesungguhanku
Aku rela bersabar
Menantikan dirimu….
Karena hanya dirimu sayang
Yang selalu ku Rindu....
Walau kadang hati bertanya
Mungkinkah kan dan aku...
Namun bunga cinta di dada
Telah bersemi dan tumbuh...
Kasih jangan buat hatiku...
Patah jadi dua...
Aku selalu bersabar…
Aku rela bersabar…
Aku sabar menantikan...
Duhai kekasihku...

BERIBU ALASAN


Kau yang dulu pernah kusayangi
Dan kau kini ada yang memiliki
Banyak cerita kita
Bahagia juga duka
Akankah terulang semua ini
Memang dulu..
Aku menyayangimu
Kau pun tahu tulusnya cintaku
Semua tiada arti
Semua tiada lagi
Dan sudahlah...
Semua ku akhiri
Berakhir cintaku sudah
Berakhir cintaku musnah
Beribu alasan
Yang menyakitkan hatiku
Biarkan aku sendiri
Biarkan hidupku sepi
Mungkin diriku pun
Kini tlah kau lupakan
By : Fitri